Dalam rangka menyambut pekan bahasa Prancis, IFI Surabaya bersama Politeknik Malang menyelenggarakan Francophonie 2025. Kegiatan ini telah diselenggarakan selama tiga tahun berturut-turut. Kolaborasi ini diharapkan dapat mempererat hubungan antara kedua negara dalam aspek bahasa dan budaya.
Rangkaian acara Francophonie terbagi menjadi dua, yaitu press conference dan pementasan. Sesi press conference diadakan di The Shalimar Boutique Hotel Malang. Dalam acara tersebut, para media yang hadir dapat berinteraksi lebih dekat dengan direktur IFI Surabaya, manager The Shalimar Boutique Hotel, perwakilan dari Poiteknik Negeri Malang, dan anggota kelompok tari Compagnie De Fakto asal Prancis. Untuk mempermudah interaksi antara audiens dan penampil, disediakan seorang penerjemah sebagai komunikator antar dua pihak.
Ternyata, para anggota kelompok tari tersebut berkecimpung di dunia tari sejak usia dua puluhan. Ada yang berlatar belakang dunia sineas, berkarakter pemalu, hingga yang tak dapat lepas dari gerak tubuh-menari sebagai pelampiasan emosi. Sutradara dari pementasan ini telah berkecimpung di dalam dunia kreatif selama lebih dari 30 tahun.

Selama di Indonesia, kelompok tari tersebut telah menyapa beberapa kota di Indonesia, seperti Bandung, Yogyakarta, Malang, dan akan ditutup di Jakarta pada 20 Maret, bertepatan dengan Hari Frankofon Dunia. Mereka menampilkan pentas bertajuk C’est la Vida, yang berarti “Inilah kehidupan”.
Koreografi dan alur cerita dalam C’est la Vida terinspirasi dari berbagai lagu Prancis dan Spanyol yang penuh makna dan bersemangat. Sejak pertama kali diciptakan pada masa pandemi, pertunjukan ini selalu dinantikan oleh penonton karena menghadirkan atmosfer yang ceria dan menyenangkan. Pertumbuhan koreografinya pun bertahap. Awalnya, pementasan ini hanya berdurasi selama 15-20 menit, namun seiring berjalannya waktu, kini C’est la Vie berdurasi 50 menit atau hampir 1 jam.
Pertunjukan tersebut terinspirasi dari kehidupan yang seperti roller coaster. Penonton seakan dibawa untuk menikmati 50 menit pementasan dengan penuh tawa, gemas, tarian, pantomim, serta gerak tubuh yang ringan dan menyenangkan. Acara ini dubuka untuk umum dan gratis.

Beralih di Politeknik Negeri Malang, acara dibuka oleh sambutan dari wakil gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak. Uniknya, beliau menyampaikan sambutannya dalam bahasa Inggris yang mudah dipahami namun juga lugas. Dapat menghadiri acara Francophonie memberikan kesan tersendiri baginya, karena acara ini sarat akan nilai positif kebudayaan serta dapat meningkatkan wawasan asing bagi mahasiswa dan masyarakat.
Acara dibuka dengan untuk bakat bermusik dari mahasiswa pertukaran pelajar asal Prancis dan mahasiswa Politeknik Negeri Malang, kemudian baru dilanjutkan dengan penampilan Compagnie de Fakto.
Dari awal hingga akhir pementasan, penonton dibuat terkesima dengan penampilan kelompok tari tersebut. Walau tidak menggunakan banyak percakapan, namun gerak tubuh para penampil seakan mampu melintasi keterbatasan bahasa antara penonton dan penampil. Tak jarang, mereka berinteraksi langsung dengan penonton dengan mengajaknya untuk tampil di depan sebagai bagian dari cerita atau dibuat seakan ada di dalam cerita yang dibawakan.
Sebelum rangkaian acara usai, Compagnie de Fakto juga mengajak penonton untuk menari bersama. Dengan tahapan sederhana, anak-anak hingga orang dewasa mampu mengikuti alunan musik dan arahan dari kelompok tari tersebut. Acarapun diakhiri dengan riuh tepuk tangan apresiasi para penonton pada sang penampil.
Pertunjukan berkesan ini diharapkan mampu meningkatkan minat masyarakat dalam mempelajari bahasa dan budaya asing untuk memperluas kesempatan, kerjasama, dan wawasan dalam kehidupan. Seluruh pihak yang terkait dalam acara Francophonie 2025 sangat mendukung acara berbasis kebudayaan sebagai sarana globalisasi dan diversity antara budaya dan bahasa.

Sedang belajar merangkai kata. Gemar mendengarkan lagu gokil dan menggambar santai. Ada cucian dicuci bersih, cukup sekian dan terima kasih
Discussion about this post