Meningkatnya kasus pelecehan seksual di Malang membuat seluruh kalangan menjadi khawatir dan resah, mengingat tindakan tidak menyenangkan ini dapat pula menyerang anak pra remaja. Sehubungan dengan hal itu, Mahasiswa semester empat jurusan Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikososial Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Maharani menyelenggarakan penyuluhan bertajuk “Memahami Pelecehan Seksual di Lingkungan Sekoah” pada Selasa (29/04/2025) di lantai 2 Sekolah Menengah Pertama Katolik (SMPK) Mardi Wiyata, Oro-oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang.
Acara ini dihadiri oleh wakil kepala sekolah SMPK Mardi Wiyata, dosen jurusan Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikososial, guru, serta siswa kelas 7. Harapannya, dengan jargon “Berani bicara, berani bertindak, stop kekerasan seksual”, peserta penyuluhan dapat berperan aktif dalam mengatasi kekerasan seksual di berbagai situasi.

Disampaikan oleh Ns. Ridwan Sofian, M. Kep., program penyuluhan seperti ini memang sering dilaksanakan tiap semester dengan tema yang beragam. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta pemahamaan siswa sekolah mulai bangku SMP hingga SMA. Tema penyuluhan yang dibawakan disesuaikan dengan tren dari isu sosial terkait kesehatan dan psikosial.
Sebelum masuk pada materi, siswa diberi kesempatan untuk melakukan pre-test interaktif dengan media Quizizz. Terdapat sekitar 20 pertanyaan singat yang mampu mengukur sejauh mana pemahaman siswa tentang isu pelecehan seksual. Mengesankan, ternyata sebagian besar siswa sudah memiliki pemahaman terkait topik yang dibawakan.

Materi disampaikan dengan sederhana agar mudah dipahami dengan ilustasi yang menarik. Untuk menambah pemahaman, pemateri memutarkan video singkat tentang bahayanya dampak pelecehan seksual baik pada korban dan pelaku. Para peserta juga nampak antusias dalam mengikuti penyuluhan, hal tersebut terbukti pada banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan pada sesi tanya jawab berhadiah suvenir lucu.

Untuk mencairkan suasana, para peserta memainkan permainan bertajuk Pohon Emosi. Setiap peserta diharuskan menempelkan stiker yang sesuai dengan perasaan penyitas pelecehan. Ice breaking tersbut bertujuan untuk meningkatkan empati peserta pada penyitas yang kerap merasa depresi, terkucilkan, hingga mengalami penurunan prestasi. Sebagai pendengar, peserta diajarkan untuk tidak menghakimi korban, sebab mereka memerlukan dukungan psikis yang baik.
Para peserta semakin dihibur dengan adanya pementasan dengan tema terkait, mengajarkan bahwa hal yang kerap dianggap bercanda, ternyata dapat melukai hati penyitas. Pementasan tersebut mencertiakan tentang pelecehan verbal dan non-fisik yang secara tak sadar sering dilakukan oleh siswa di sekolah.

Sebagai penutup, para peserta post-test berhadiah, tiga peserta tercepat dengan nilai tertinggi berhak menerima bingkisan dari para panitia.

Sedang belajar merangkai kata. Gemar mendengarkan lagu gokil dan menggambar santai. Ada cucian dicuci bersih, cukup sekian dan terima kasih
Discussion about this post