Di era media sosial, keluhan soal keuangan sudah jadi hal biasa. Banyak orang mengeluh dompet tipis, uang bulanan cepat habis, atau susah menabung. Tapi di sisi lain, mereka tetap rutin membeli kopi kekinian yang harganya bisa mencapai puluhan ribu rupiah per gelas. Fenomena ini sering jadi bahan bercandaan di internet, tapi sebenarnya ada beberapa alasan di balik tren ini.
Bentuk Self-Reward
Bagi banyak orang, membeli kopi bukan sekadar minuman, tapi juga bentuk self-reward. Setelah bekerja keras atau merasa stres, mereka merasa pantas menikmati secangkir kopi dari kafe favorit. Fenomena ini mirip dengan konsep little treat culture, di mana orang membeli hal kecil yang menyenangkan sebagai bentuk penghargaan untuk diri sendiri.
Budaya FOMO dan Gaya Hidup Sosial

Tren minum kopi juga didukung oleh budaya nongkrong dan Fear of Missing Out (FOMO). Banyak orang merasa lebih keren atau up-to-date saat bisa minum kopi di tempat hits dan membagikannya di media sosial. Selain itu, kebiasaan nongkrong di kafe juga membuat pembelian kopi menjadi lebih sering, meskipun sebenarnya kondisi keuangan sedang tidak baik-baik saja.
Kebiasaan yang Sulit Dihilangkan

Minum kopi sudah menjadi bagian dari rutinitas harian banyak orang. Ada yang merasa tidak bisa memulai hari tanpa secangkir kopi dari kafe langganan. Bahkan, beberapa orang menganggap kopi sebagai kebutuhan utama, bukan sekadar keinginan. Hal ini membuat mereka tetap membeli kopi meskipun sedang mengeluh soal uang.
Prioritas Keuangan yang Berbeda
Setiap orang punya prioritas keuangan yang berbeda-beda. Bagi sebagian orang, mengeluarkan Rp30.000–Rp50.000 untuk kopi dianggap tidak masalah selama masih bisa menutupi kebutuhan lainnya. Bahkan ada yang lebih memilih mengorbankan pengeluaran lain daripada berhenti membeli kopi favorit mereka.
Kebahagiaan Instan
Membeli kopi memberikan rasa puas secara instan. Dibanding harus menabung untuk sesuatu yang manfaatnya baru terasa di masa depan, membeli kopi memberikan kebahagiaan cepat dan nyata. Ini yang membuat banyak orang tetap membeli kopi meskipun sedang merasa broke.
Fenomena ini sebenarnya bukan sekadar tentang kopi, tapi lebih ke bagaimana orang mengelola keuangan dan membuat keputusan konsumsi. Tidak ada yang salah dengan membeli kopi, asalkan tetap sadar dengan kondisi finansial. Yang perlu dihindari adalah kebiasaan mengeluh tidak punya uang, tapi tetap boros untuk hal-hal yang sebenarnya bisa dikurangi.
Jadi, apakah kamu termasuk yang sering ngeluh gak punya uang tapi tetap beli kopi? Atau justru kamu punya cara lain dalam mengatur keuangan?

Cewek generasi Z yang tidak bisa jauh dari gadget. Meskipun introvert, saya suka mengeksplorasi tempat-tempat baru. Saya juga tertarik dengan tren yang sedang berkembang
Discussion about this post