Angkutan kota (angkot) di Malang telah menjadi bagian penting dari transportasi publik selama puluhan tahun. Namun, beberapa tahun terakhir, angkot di Malang mengalami penurunan jumlah penumpang yang signifikan. Fenomena ini menimbulkan berbagai dampak terhadap kelangsungan hidup para sopir angkot dan eksistensi angkot sebagai moda transportasi umum.
Penyebab Penurunan Jumlah Penumpang
- Kehadiran Transportasi Online
Sejak tahun 2016, kehadiran transportasi online seperti ojek dan taksi berbasis aplikasi memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk bepergian. Layanan ini dianggap lebih cepat, praktis, dan bisa diakses kapan saja melalui ponsel. Dampaknya, pendapatan sopir angkot menurun drastis. Jika sebelumnya mereka bisa memperoleh pendapatan harian sekitar Rp100.000 hingga Rp250.000, kini hanya berkisar Rp50.000 hingga Rp120.000 per hari.
- Kepemilikan Kendaraan Pribadi
Ketersediaan fasilitas kredit kendaraan bermotor dengan uang muka rendah turut mempercepat peningkatan kepemilikan kendaraan pribadi, terutama sepeda motor. Hal ini semakin mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap angkot, terutama untuk perjalanan jarak pendek.
- Kurangnya Peremajaan Armada
Sebagian besar armada angkot di Malang sudah berusia tua dan kurang nyaman bagi penumpang. Ketidaknyamanan ini menyebabkan masyarakat lebih memilih transportasi lain yang dianggap lebih modern dan nyaman. Minimnya pendapatan juga membuat sopir dan pemilik angkot kesulitan melakukan peremajaan kendaraan.
- Infrastruktur dan Kebijakan yang Kurang Mendukung
Keterbatasan infrastruktur, seperti halte yang tidak memadai dan kurangnya jalur khusus angkot, menyebabkan perjalanan menjadi kurang efisien. Selain itu, tingginya biaya retribusi dan pajak kendaraan semakin membebani para sopir.
Dampak Penurunan Penumpang
Penurunan jumlah penumpang berdampak langsung terhadap kesejahteraan sopir angkot. Banyak dari mereka kesulitan memenuhi setoran harian, biaya operasional, dan kebutuhan keluarga. Tidak jarang, beberapa sopir memilih beralih profesi atau menjual kendaraannya karena tidak mampu menutupi biaya operasional.
Dengan penghasilan yang terbatas, sopir angkot sulit melakukan perawatan rutin kendaraan, sehingga kondisi armada semakin memburuk dan berpotensi membahayakan keselamatan penumpang. Penurunan kualitas layanan ini pada akhirnya semakin mengurangi minat masyarakat untuk menggunakan angkot.
Selain itu, penurunan pendapatan sopir angkot turut mempengaruhi roda perekonomian kecil di sekitar terminal dan pangkalan angkot, seperti warung makan dan pedagang kaki lima yang mengandalkan keberadaan penumpang dan sopir sebagai pelanggan utama.
Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa menyebabkan berkurangnya jumlah angkot di Malang dan berdampak pada ketersediaan transportasi publik bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang tidak memiliki akses ke kendaraan pribadi atau layanan transportasi online.
Solusinya?
Melihat berbagai dampak yang timbul, diperlukan langkah-langkah konkret untuk menanggulangi permasalahan ini. Berbagai upaya dan solusi mulai dirancang oleh pemerintah dan pemangku kepentingan untuk memastikan angkot tetap menjadi bagian integral dari sistem transportasi di Malang.
- Perbaikan Fasilitas dan Pelayanan
Beberapa sopir angkot mulai berupaya meningkatkan kenyamanan penumpang dengan memperbaiki kondisi kendaraan dan memberikan pelayanan yang lebih baik. Namun, upaya ini masih terbatas karena keterbatasan dana.
- Modernisasi Armada
Diperlukan dukungan dari pemerintah dan sektor swasta untuk mendorong peremajaan armada angkot. Penyediaan kredit lunak atau subsidi untuk pembelian kendaraan baru dapat membantu sopir dalam memperbaiki armadanya.
- Penataan Rute dan Infrastruktur
Pemerintah perlu melakukan penataan ulang rute angkot agar lebih efisien dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Penambahan fasilitas halte yang nyaman dan jalur khusus angkot juga dapat meningkatkan daya tarik angkot sebagai moda transportasi yang efektif.
- Edukasi dan Sosialisasi
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menggunakan transportasi umum yang ramah lingkungan dan berkelanjutan juga merupakan langkah penting. Sosialisasi mengenai manfaat menggunakan angkot dapat membantu meningkatkan kembali minat masyarakatt.
Kesimpulan
Penurunan jumlah penumpang angkot di Malang merupakan masalah kompleks yang memerlukan kolaborasi antara pemerintah, sopir angkot, dan masyarakat. Upaya modernisasi armada, peningkatan pelayanan, serta dukungan kebijakan yang mendukung kelangsungan transportasi publik sangat diperlukan untuk menjaga eksistensi angkot di masa depan. Dengan perbaikan menyeluruh, diharapkan angkot di Malang dapat kembali menjadi pilihan transportasi yang nyaman dan andal bagi masyarakat.

Sedang belajar merangkai kata. Gemar mendengarkan lagu gokil dan menggambar santai. Ada cucian dicuci bersih, cukup sekian dan terima kasih
Discussion about this post